Selasa, 06 Maret 2018

Mini Paper



Krisis Kebudayaan Ancaman Persatuan Bangsa

Indonesia merupakan negara yang multikultural dengan berbagai keragaman budaya yang dimilikinya. Multikultural sendiri menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) berarti keragaman budaya. Keragaman yang dimaksudkan di sini adalah bermacam-macamnya suku, bahasa daerah, adat istiadat, ras, kebudayaan dan lain sebagainya yang ada dan tersebar di berbagai daerah di Indonesia dan setiap daerah mempunyai ciri khas budaya masing-masing. Tentu saja hal ini menyebabkan Indonesia menjadi negara yang kaya akan kebudayaan dan membedakannya dengan negara-negara yang lain.
Keragaman yang dimiliki Indonesia tersebut menimbulkan suatu integrasi antara kebudayaan satu dengan kebudayaan yang lain. Integrasi sendiri bermakna satu kesatuan menjadi sesuatu yang padu dan utuh (KBBI V), hal tersebut memunculkan kesadaran dan kesepemahaman antar kebudayaan yang berbeda sehingga menjadi sesuatu yang padu dan menumbuhkan sikap toleransi tanpa menimbulkan sikap diskriminatif terkait SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar golongan). Kehidupan yang tenteram dan saling menghargai dengan sendirinya akan muncul dengan sikap toleransi tersebut dan keadilan sosial yang termaktub dalam Pancasila akan terwujud, serta masyarakat dapat hidup berdasarkan kebudayaannya masing-masing dengan tenang dan damai.
Seiring dengan berkembangnya zaman, berbagai macam budaya asing terutama budaya barat perlahan-lahan masuk ke Indonesia. Budaya asing tersebut sebagian besar mendominasi masyarakat Indonesia dan perlahan-lahan menggantikan budaya asli Indonesia yang telah lama ada. Sebagai bangsa yang multikultural, Indonesia sangat rentan terhadap perubahan yang terjadi. Sehingga masyarakat Indonesia harus selektif dalam menanggapi berbagai budaya asing yang masuk ke Indonesia.
Masuknya berbagai budaya asing yang kental akan kekerasan, kebebasan seakan-akan mudah masuk ke dalam otak anak-anak bangsa. Film, sinetron dan televisi yang menampilkan adegan-adegan kekerasan dapat diakses dengan mudah oleh semua kalangan termasuk anak-anak, sehingga anak-anak dapat menirunya dan bahkan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terjadi karena biasanya anak-anak memposisikan dirinya seperti tokoh yang ada dalam tayangan televisi dan seolah-olah dia berada dalam sebuah film, atau karena dia merasakan adegan yang ada dalam film/tayangan televisi tersebut memang terjadi dalam realita kehidupan sehari-hari. Hal ini tentu saja sebuah kemerosotan moral, dimana budaya Indonesia yang terkenal ramah dan saling memaafkan, hilang dengan mudah dikarenakan berbagai tayangan-tayangan yang sebagian besar berasal dari luar Indonesia.
Selain itu, hidup serba mewah selalu ditayangkan dalam film, sinetron maupun televisi. Hampir tidak ada adegan dalam sinetron yang menampilkan kesederhanaan dan perjuangan hidup untuk tujuan yang mulia. Sehingga hal ini dapat merubah kebiasaan masyarakat Indonesia yang hidup sederhana menjadi budaya konsumerisme dan serba mewah.(Santiko dalam Sarumpaet, 2016)
Selain kemewahan, perasaan dendam, kelicikan, keculasan pengkhianatan dan memaki-maki orang juga sering dipertontonkan. Sehingga secara tidak langsung dapat mempengaruhi budaya yang ada di Indonesia, dan ditiru oleh masyarakat.
Bidang politik juga mengalami krisis kebudayaan, dimana politik yang seharusnya hanya digunakan sebagai sebuah sistem dalam menuju pemerintahan yang bersih, namun dinodai dengan berbagai isu-isu yang dilemparkan antar pihak-pihak yang berseteru. Seperti yang terjadi pada saat ini menjelang tahun politik 2019. Berbagai macam isu tersebar dimana-mana, mulai dari isu agama, ras, etnis, mengadu domba antar golongan. Semua itu dilakukan hanya karena ingin memiliki kedudukan dan kekuasaan dalam pemerintahan serta mungin saja keuntungan sebanyak-banyaknya, sehingga melestarikan budaya korupsi yang merugikan rakyat. Mereka saling berebutan seolah-olah kursi pemerintahan adalah sebuah harta karun yang harus diperebutkan dengan melakukan cara apa saja. Rakyat dibuat bingung dan hanya dimanfaatkan dengan membeli suaranya. Sistem demokrasi yang seharusnya berpihak kepada rakyat, justru digunakan oleh para oknum-oknum politik sebagai tameng dalam meraih kekuasaan.
Dapat dikatakan bahwa kebudayaan Indonesia saat ini sedang kritis. Disintegrasi kebudayaan terjadi dimana-mana. Masyarakat lebih senang hidup dengan pola hidup barat yang serba bebas dan mewah daripada hidup sesuai dengan budaya Indonesia yang sederhana dan ramah. Kita telah lama disuguhi dengan apa yang kita namakan krisis kebudayaan, hal tersebut merupakan sebuah penyakit yang menggerogoti sistem sosial budaya yang ada di Indonesia dan merusak persatuan Indonesia. Jelas krisis kebudayaan merupakan ancaman nyata bagi Indonesia, khususnya sistem sosial budaya Indonesia. Lantas bagaimana cara untuk mengobatinya?
Kuncinya ada dalam diri kita sendiri, yaitu tekad untuk mengakhiri “krisis” kebudayaan ini. Tentu saja hal ini tidak semudah membalikkan tangan. Lagi pula, tak mungkin kita mengembalikan apa yang telah hilang. Namun hal ini sedikit demi sedikit dapat dikurangi jika kita menyadarinya dan memiliki keinginan untuk merubahnya dan tidak mengikuti arus yang ada.(Zaimar dalam Sarumpaet, 2016: 149)
Selain itu jika masyarakat dapat menyikapi perubahan yang terjadi dengan bijak, maka kebudayaan yang ada dapat terjaga dengan baik dan tidak akan menimbulkan perpecahan antar masyarakat. Indonesia juga sudah mempunyai suatu ideologi negara yang seharusnya diterapkan nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari, ideologi tersebut adalah Pancasila. Apabila masyarakat sudah memahami nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, maka perubahan apapun yang terjadi tidak akan merusak berbagai keragamaan kebudayaan yang ada di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dampak adanya Virus Corona Terhadap Kehidupan Sosial Masyarakat

Dampak adanya Virus Corona Terhadap Kehidupan Sosial Masyaraka t Nama : Nita Purnamasari NIM : 180910302003          Duni...