Rabu, 14 Maret 2018

Mini Paper




Pendidikan Menjadi Masalah Sosial yang Berkelanjutan di Indonesia

Pendidikan merupakan sarana yang sangat penting bagi seseorang terutama anak-anak untuk mencapai kesuksesan yang dicita-citakan. Pendidikan menjadi alat untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh anak-anak dan menjadi sarana untuk mempelajari suatu hal yang muncul dari ketidak tahuan seseorang akan sesuatu. Sehingga mereka memiliki jati diri dan mampu meraih cita-cita yang mereka memiliki serta memahami hakikat dirinya sebagai manusia.
Namun dalam perjalanannya, berbagai masalah selalu menerpa. Terutama yang terjadi di Indonesia yang merupakan sebuah negara yang berkembang. Berbagai masalah sosial terutama di bidang pendidikan terus bermunculan. Hal ini menuntut semua elemen masyarakat dan pemerintah untuk berusaha memperbaiki pendidikan yang ada di Indonesia, agar nantinya pendidikan yang ada dapat dinikmati oleh anak-anak Indonesia yang memiliki impian dan cita-cita yang beragam.
Masalah sosial menyangkut nilai-nilai sosial dan moral. Masalah tersebut bersifat sosial karena bersangkut paut dengan hubungan antar manusia dan di dalam kerangka kebudayaan-kebudayaan normatif, dan masalh tersebut bersangkut paut dengan gejala-gejala yang mengganggu kelanggengan dalam masyarakat (Soekanto, 2013). Seperti yang telah dipaparkan di atas, masalah dalam bidang pendidikan termasuk dalam masalah sosial karena tidak sesuai dengan nilai-nilai dan kebudayaan normatif. Ada berbagai masalah terkait pendidikan yang terus bermunculan di Indonesia, seperti :
1.      Tingginya angka putus sekolah di Indonesia
Seperti yang dikutip oleh Kompas.com(06/02/2018), ketika presiden Joko widodo blusukan ke desa-desa, beliau masih banyak menemui banyaknya anak-anak yang seharusnya masih menikmati bangku sekolah tetapi terpaksa tidak meneruskannya atau putus sekolah. Tak usah jauh-jauh, di Jember sendiri masih banyak anak-anak yang tidak meneruskan sekolah. Hal ini saya temui terutama di daerah lereng pegunungan, seperti desa Darsono di dusun Padasan terutama dan Sumber Candi.
Tentunya banyak hak yang menyebabkan anak-anak tersebut putus sekolah, seperti faktor ekonomi, budaya, bahkan geografi lingkungan mereka yang jauh dari sekolah.
2.      Pemerataan pendidikan yang kurang
Banyak hal mungkin yang menyebabkan pemerataan pendidikan di Indonesia yang kurang, seperti yang dikutip oleh Kompas.com(06/02/2018) yaitu fasilitas pendidikan yang masih sangat buruk, dan buruknya infrastruktur pendidikan khususnya terjadi di daerah pedalaman.
3.      Masih tingginya angka buta aksara di Indonesia
Tak dapat dipungkiri bahwa pendidikan yang belum merata menyebabkan tingginya angka buta aksara terutama terhadap anak-anak usia sekolah. Di Indonesia terutama di daerah Timur seperti Maluku, Ambon, NTT, NTB, Papua, dll. Seperti yang disampaikan oleh Kompas.com (30/03/2017) angka buta aksara di daerah Timur mencapai 10%. Selain itu, Jawa Timur yang mempunyai SDM tinggi dan infrastruktur yang cukup memadai juga mempunyai angka buta aksara yang cukup tinggi khususnya di kabupaten Jember. Angka buta aksara di kabupaten Jember sendiri masih mencapai 40 ribu orang seperti yang disampaikan Antaranews.com(18/10/2016).
4.      Anak dibawah umur banyak yang sudah bekerja dan menikah di usia dini
Kemudian menurut saya, masalah sosial terakhir yang berkaitan dengan pendidikan adalah masih banyak anak dibawah umur yang bekerja. Tentu saja banyak faktor yang menyebabkan anak-anak dibawah umur yang harus bekerja seperti, faktor ekonomi, budaya dan lingkungan.

Masalah-masalah di atas merupakan masalah sosial yang sampai saat ini masih belum terselesaikan dengan baik oleh pemerintah, Padahal seperti yang telah tertuang dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 dan 2, serta UU No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, bahwa pendidikan merupakan hak setiap warga negara yang harus dipenuhi oleh negara sebagai penyedia layanan pendidikan. Selain itu, dalam penyelenggaraan layanan pendidikan tersebut harus merata agar setiap warga negara merasakan layanan pendidikan yang sama.
Beberapa usaha telah dilakukan seperti pemerintah kabupaten Jember yang membuat program keaksaraan fungsional, sehingga dapat menurunkan angka buta aksara dari 100 ribu orang menjadi 40 ribu orang, kemudian seperti yang dilakukan oleh anggota kepolisian di daerah NTT dari Kompas.com(13/07/2017) yang mengupayakan penuntasan buta aksara melalui Desa Binaan di Dusun Weain, Desa Kenebibi, Kecamatan Kakuluk Mesak, Belu. Selain itu di Jember juga dilakukan upaya menuntaskan masalah sosial juga dilakukan oleh sahabat-sahabat PMII melalui Komunitas Rumah Pelangi Padasan di dusun Padasan, desa Darsono, Arjasa. Dan teman-teman HIMAKES, HMJ dari Jurusan Ilmu Kesejahteraan melalui komunitas Sanggar Anak Merdeka di daerah Sumber Candi. Alhasil dari usaha teman-teman tersebut, angka putus sekolah, buta aksara, anak dibawah umur yang bekerja maupun menikah dini lambat laun berkurang.
Namun usaha dari pemerintah, maupun teman-teman mahasiswa tersebut akan terus berlanjut, dan tentunya membutuhkan dukungan dan bantuan dari masyarakat, agar masalah sosial pendidikan yang ada dapat terselesaikan bersama-sama. Sehingga kelak anak-anak Indonesia yang memiliki berbagai impian dalam mewarnai Indonesia di masa depan dapat tercapai melalui layanan pendidikan yang memadai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dampak adanya Virus Corona Terhadap Kehidupan Sosial Masyarakat

Dampak adanya Virus Corona Terhadap Kehidupan Sosial Masyaraka t Nama : Nita Purnamasari NIM : 180910302003          Duni...