Jumat, 04 Mei 2018

Puisi



Tanah Surga .. katanya 

Bukan lautan hanya kolam susu .. katanya.
Tapi kata kakekku, hanya orang-orang kaya yang bisa minum susu.
 

Kail dan jala cukup menghidupimu, tiada badai tiada topan kau temui .. katanya.
Tapi kata kakekku, ikannya diambil nelayan-nelayan asing.
 

Ikan dan udang datang menghampirimu .. katanya.
Tapi kata kakekku, ssstt.. ada udang di balik batu.
 

Orang bilang tanah kita tanah surga .. katanya.
Tapi kata dokter intel, yang punya surga cuma pejabat-pejabat.
 

Tongkat kayu dan batu jadi tanaman .. katanya.
Tapi kata dokter intel, kayu-kayu kita dijual ke negara tetangga.
 

Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman .. katanya.
Tapi kata kakekku, belum semua rakyatnya sejahtera, banyak pejabat yg menjual kayu dan batu untuk membangun surganya sendiri.



Salman... Dalam Film "Tanah Surga... Katanya"

 Puisi di atas dapat kita jadikan sebagai refleksi, kehiduoan berbangsa dan bernegara kita selama ini. Dan sebagai tamparan keras bagi kita , mengingat dalam film tersebut masyarajat pinggiran pun mempunyai semangat nasionalisme yang tinggi terhadap negara Indonesia.
 Untuk Indonesiaku...

Kajian Ilmiah


UKMF Lembaga Ilmiah Mahasiswa Sospol(LIMAS) Universitas Jember

Paradigma Sosiologi

Paradigma Sosiologi berangkat dari keinginan dari tokoh-tokoh ilmu sosiologi yang berkeinginan, ilmu-ilmu sosial menjadi ilmu pengetahuan yang ilmiah. Suatu ilmu dapat dikatakan ilmiah, jika ilmu tersebut berangkat dari hal-hal yang bersifat empiris.

1.      Paradigma Fakta Sosial

Paradigma sfakta sosial ini diambil dari karya-karya Durkheim, yaitu The Rules of Sociological Method (1895) dan Suicide (1897). Paradigma Fakta Sosial merupakan paradigma yang bekerja mempengaruhi sosial masyarakat yang terkadang bersifat koersif atau memaksa.

Fakta sosial inilah yang menjadi pokok pembahasan dari paradigma sosiologi. Fakta sosial dinyatakan sebagai benda (thing), sehingga dalam memahaminya diperlukan penyusunan data riil diluar pemikiran manusia.

Paradigma Fakta Sosial terdiri dari:

1)      Material, suatu barang yang dapat dilihat dan diobservasi.

2)      Non-material, sesuatu yang dianggap nyata namun keberadaannya tidak dapat dilihat melalui panca indra. Fakta sosial jenis ini muncul dari dalam kesadaran manusia, seperti perihal perasaan manusia.

3)      Struktur fungsional, merupakan suatu struktur yang keberadaannya mengikat manusia, sehingga masnusia tersebut harus berperilaku sesuai dengan struktur yang mengikatnya.

4)      Teori konflik, fakta sosial jenis ini berasumsi bahwa dengan sebuah konflik atau masalah, maka dapat merubah keadaan individu manusia.

Perhatian paradigma fakta sosial terpaut kepada hubungan antar struktur sosial, pranata sosial dan hubungan antar individu dengan struktur sosial serta hubungan individu dengan pranata sosial. Metode yang tepat untuk paradigma fakta sosial adalah melalui penelitian kuantitatif melalui kuesioner dan interview, dengan menyusun pertanyaan-pertanyaan yang runtun secara rasional dan tentang unit sosialnya sendiri.

2.      Paradigma Definisi Soial

Paradigma ini memperlajari bahwa bagaiman struktur sosial dan pranata sosial  keduanya saling membantu untuk membentuk tindakan manusia yang penuh arti dan penuh makna. Atau dapat disimpulkan bahwa paradigma ini mempelajari sistem sosial masyarakat dari individu-individunya melalui tindakan-tindakan atau yang disebut dengan social action. Tokoh dari paradigma ini adalah Weber. Paradigma definisi sosial didasari oleh:

1)      Nilai

2)      Tujuan

3)      Afektual

4)      Tradisional

Paradigma Definisi Soisial biasanya digunakan dalam penelitian kualitatif, dimana mereka cenderung menggunakan metode observasi dalam penelitian karena untuk memahami intra dan inter subjektifive dari tindakan sosial dan interaksi sosial, selain itu metode ini cukup efektif untuk menggali realitas sosial secara mendalam melalui in deep interview.

     3.      Paradigma Perilaku Soial

Paradigma yang mempelajari tentang perilaku-perilaku manusia. Tokoh dari paradigma ini adalah B.F Skinner, Skinner melihat kedua paradigma fakta sosial dan definisi sosial sebagai perspektif yang mistik, dan tidak dapat diterangkan secara rasional.

Paradigma perilaku sosial memusatkan perhatiannya pada hubungan antara individu dan lingkungannya atau proses interaksi.

Ritzer menemukan perbedaan antara ketiga paradigma diatas bersifat estetis. Perbedaan ini sesuai dengan pengalaman di lapangan. Menurut Ritzer paradigma yang ada dalam sosiologi tersebut saling berhubungan satu sama lain dengan demikian akan melemahkan sebagian besar dasar-dasar perbedaan yang ada sekarang.


https://limasfisipunej.wordpress.com/

Kamis, 03 Mei 2018

Terorisme Kenyataan dalam Kehidupan

  
La Tay'as (Jangan Putus Asa)
Ibroh dari Kehidupan Teroris dan Korbannya
  
Pada Hari Senin, tanggal 30 April 2018, AIDA (Aliansi Indonesia Damai) mengadakan seminar dan bedah buku "La Tay'as (Jangan Putus Asa), Ibroh dari Kehidupan Teroris dan Korbannya" di Auditorium Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember, bekerja sama dengan UKMF LIMAS dan bapak Honest selaku pembina LIMAS. Acara tersebut menghadirkan Direktur AIDA, Hasibullah Satrawi, Perintis Tanoker di Ledokombo, ibu Farha Abdul Kadir Assegaf. kemudian pakar terorisme, bapak Sofyan, mantan pelaku terorisme, bapak Iswanto, dan korban dari tragedi Bom Bali, ibu Ni Luh Erniati.

Buku berjudul "La Tay'as (Jangan Putus Asa), Ibroh dari Kehidupan Teroris dan Korbannya" yang diluncurkan oleh AIDA (Aliansi Indonesia Damai) merupakan hasil dari pengalaman dan pemikiran penulis selama lima tahun terakhir dari Direktur AIDA, Hasibullah Satrawi selama mendampingi dan membantu para korban dari terorisme dan memfasilitasi merekan untuk berkonsiliasi dengan para mantan terorisme yang telah sadar dan bertobat.

Buku ini merupakan hasil dari review dan refleksi dari kehidupan para mantan pelaku terorisme ekstremis dan kehidupan para korban dari pelaku terorisme tersebut. buku ini juga merupakan usaha dari penulis dalam mengimplementasikan teori dari Mikhail Bakhtin seorang filsuf Rusia, mengenai dialogisme dan mengubah sistem monopoli dari satu pihak menjadi poli-poli dari berbagai pihak. Di sini penulis bersama AIDA berusaha mempertemukan para korban dari tragedi terorisme dengan para mantan pelaku terorisme, sehingga ada dialog antara dua pihak yang berkaitan.


Banyak yang mengatakan bahwa terorisme hanyalah isu-isu yang digunakan oleh negara-negara adidaya untuk membuat suatu konspirasi, Namun perlu diketahui bahwa terorisme merupakan sebuah realitas yang memang ada dan sedang terjadi di dunia, bukan hanya sekedar isu yang disebarkan di tengah masyarakat. Sehingga untuk mengatasi terorisme tersebut harus dimulai dari kesadaran diri setiap masing-masing individu, kesadaran bahwa terorisme memang ada, bukanlah sebuah isu konspirasi dan terorisme harus dilawan.

Kegiatan-kegiatan yang bersifat terorisme sering dilakukan oleh golongan-golongan ekstremisme, dan mereka sering kali mencari anak-anak muda untuk dijadikan sebagai kader dan pejuang jihad dalam melakukan aksi-aksi terorisme. Mereka memanfaatkan semangat dari anak muda yang sedang mencari jati diri dan idealisme yang sesuai dengan dirinya, golongan ekstremis tersebut memasukkan pemikiran-pemikiran radikalisme terhadap anak muda, sehingga anak-anak muda mudah terprovokasi untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat terorisme. Hal ini telah terjadi sejak masa khulafaur rasyidin, pada masa pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan hingga Khalifah Ali bin Thalib. dan saat itulah titik tolak berkembangnya golongan-golongan ekstremis yang sering mengkafirkan orang-orang yang tidak sesuai dengan ajaran Rasulullah, dan sering mengumandangkan perang sebagai jalan jihad fi sabilillah.

golongan-golongan ekstremis juga menggunakan instansi pendidikan sebagai sara mereka mencari anak-anak muda yang akan mereka jadikan kader pejuang jihad yang akan melakukan kegiatan-kegiatan terorisme. Mengapa di instansi pendidikan, ya karena di instansi pendidikan anak-anak muda berkumpul dan di sana mereka sedang menempuh pendidikan untuk mencari idealisme mereka. Sehingga, langkah awal yang harus dilakukan dalam mencegah dan melawan aksi terorisme pertama kali adalah membersihkan dan mensterilkan pihak-pihak dalam instansi pendidikan dari ideologi-ideologi ekstremis, teroris dan radikalisme.

Di Indonesia gerakan-gerakan Ekstremis sudah ada, seperti yang dilakukan oleh gerakan Jamaah Islamiyah (JI) yang berada dibalik tragedi Bom Bali tahun 2002. Gerakan Ekstremis ini sudah berkembang sejak tahun 1980-an oleh Abu Bakar Bashir. Dalam mengembangkan gerakannya, JI melakukan kajian-kajian Islam terkait dengan jihad dan provokasi bahwa jihad adalah perang dan kekerasan, serta mengadakan pelatihan-pelatihan militer bagi anggota-anggotanya di wilayah hutan-hutan pelosok Indonesia, agar terhindar dari pemerintah. JI terus melakukan aksi-aksi terorisme hingga pada tahun 2000-an ketika tragedi Bom Bali 1 dan 2. Hingga akhirnya Polda Metro Jaya dapat menangkap para pelaku dan anggota gerakan ekstremis terebut.
Saat ini para pelaku sebagian besar telah sadar akan perbuatannya dan mengaku bertobat atas kesalahan-kesalahan yang telah mereka lakukan setelah mendapat hukuman dari polda metro jaya. Dengan dibantu dan didampingi oleh AIDA, para mantan pelaku terorisme satu persatu menemui para korban dari tragedi-tragedi terorisme. Seperti yang terjadi kepada Iswanto yang merupakan mantan pelaku terorisme dari Jamaah Islamiyah dengan Ibu Ni Luh Erniati yang merupakan suami dari korban tragedi Bom Bali yang terjadi pada tahun 2002. Memang sulit bagi pihak korban untuk memaafkan pelaku, namun apa gunanya menyimpan rasa dendam terus menerus yang hanya akan membuat hati korban terus merasakan sakit. Lagi pula lebih penting menumbuhkan suatu perdamaian daripada hanya menyimpan rasa dendam.
Tragedi Terorisme seperti yang terjadi pada Bom Bali menimbulkan dampak yang begitu besar di Indonesia, terutama yang dialami oleh para korban maupun keluarga korban. Karena tragedi itu meninggalkan trauma dan duka tersendiri bagi korban yang kehilangan anggota tubuh maupun anggota keluarga yang dicintai. Maka dari itu, sebagai bangsa Indonesia, kita harus melawan terorisme untuk menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan Negara republik Indonesia.


Puisi: Manusia Sempurna

Tentang Kesempurnaan Manusia
Oleh: Alfit Sair (Ap Lyceum)

Di satu senja yang bersahaja, kepadaku seorang teman menuangkan kegelisahannya. Ia berkata; Tuhan itu Maha Sempurna, mustahil jika dari-Nya tercipta sesuatu yang tidak sempurna. Oleh itu, seluruh ciptaan-Nya niscaya sempurna.

Akan tetapi, dari sini lahirlah masalah, yaitu; bila semua ciptaan telah sempurna, lantas untuk apa lagi penyembahan dan perbuatan baik dilakukan? Jika semua manusia telah sempurna, lantas dimana letak perbedaan orang² baik semisal Rasul Saw dengan orang² buruk semisal Abu Lahab?

Lama kurenungkan problem di atas, kuseruput kopi, lalu mulai menyusun kata demi kata, hingga menjadi untaian coretan berikut;

Dalam Filsafat, kesempurnaan ada dua jenis;
Kesempurnaan primer (kamal al-awwal) & kesempurnaan sekunder (kamal ats-tsani)

Berkenaan dengan manusia, kesempurnaan primer manusia adalah wujud manusia beserta potensi yang diberikan Tuhan kepada manusia sebagai bekal baginya dalam meraih kesempurnaan sekunder secara ikhtiari.

Kesempurnaan sekunder manusia yaitu kesempurnaan yang diraih oleh wujud manusia secara ikhtiari dengan menggunakan potensi yang dimikinya (kesempurnaan primer).

Sebagai contoh, kesempurnaan sekunder adalah ilmu, iman & amal yang diraih oleh manusia setelah ia menggunakan akalnya. Jadi, akal adalah kesempurnaan primer manusia, sedang ilmu, iman & amal adalah kesempurnaan sekunder baginya. Kesempurnaan primer mesti digunakan tuk meraih kesempurnaan sekunder.

Dari sisi kesempurnaan primer, semua manusia sama dan setara. Yakni, Tuhan menganugerahi wujud dan akal pada setiap manusia secara setara, sebagai potensi tuk menuju kesempurnaan sekunder.

Tentu, nilai manusia tidak ditentukan oleh kesempurnaan primernya, tetapi ditentukan oleh kesempurnaan sekundernya. Tahu mengapa? Sebab kesempurnaan primer manusia adalah hasil pemberian Tuhan secara determinis. Prinsipnya, sesuatu dikatakan memiliki nilai kesempurnaan manakala sesuatu tersebut diperoleh secara ikhtiari, bukan secara determinis.

Sebagai contoh, jika anda mendapat warisan uang dari ortu anda, uang tersebut tidak memiliki nilai kesempurnaan bagi anda. Kesempurnaan anda adalah ketika anda menghasilkan sesuatu dari uang warisan tersebut. Pun juga dengan kesempurnaan primer manusia berupa wujud dan akalnya, semua itu bukan neraca kesempurnaan manusia. Kesempurnaan primer manusia adalah 'nilai' Dia yang memberikan wujud dan akal (kesempurnaan primer) pada manusia, sebagai bekal menuju kesempurnaan sekunder.

Dalam Filsafat harmonisasi, kita sering katakan;
Jangan kau puji manusia karena akalnya,
Pujilah Dia yang meletakkan akal pada manusia.
Jangan kau puji indah semesta,
Pujilah Dia Sang Pelukis Semesta,
Dia yang melukis tanpa kanvas dan tinta.
Dia yang melukis dengan satu kata, "kun fayakun", terbentanglah indah semesta.

Nilai kesempurnaan manusia ditentukan oleh kesempurnaan sekundernya. Sebab, kesempurnaan sekunder, berupa ilmu, iman dan amal adalah hasil perolehan manusia secara mandiri, usai memanfaatkan kesempurnaan primer yang dimilikinya.

Dikarenakan tidak semua manusia memanfaatkan kesempurnaan primernya, maka berbedalah derajat manusia dari sisi kesempurnaan sekunder.

Ada banyak manusia yang menyia-nyiakan kesempurnaan primernya dengan cara meliburkan akalnya, akhirnya mereka tidak beroleh kesempurnaan sekunder. Semisal Abu lahab dll.

Ada banyak pula manusia yang menggunakan kesempurnaan primernya, mengaktifkan akalnya, namun tidak maksimal, akhirnya kesempurnaan sekunder yang diraihnya berada pada level rendah. Semisal kita² ini.

Ada juga sedikit manusia yang menggunakan kesempurnaan primernya secara maksimal, akhirnya ia beroleh kesempurnaan sekunder yang juga maksimal. Dia adalah manusia sempurna, semisal Rasul Saw.
Wassalam

Sumber

Dampak adanya Virus Corona Terhadap Kehidupan Sosial Masyarakat

Dampak adanya Virus Corona Terhadap Kehidupan Sosial Masyaraka t Nama : Nita Purnamasari NIM : 180910302003          Duni...