Kamis, 03 Mei 2018

Puisi: Manusia Sempurna

Tentang Kesempurnaan Manusia
Oleh: Alfit Sair (Ap Lyceum)

Di satu senja yang bersahaja, kepadaku seorang teman menuangkan kegelisahannya. Ia berkata; Tuhan itu Maha Sempurna, mustahil jika dari-Nya tercipta sesuatu yang tidak sempurna. Oleh itu, seluruh ciptaan-Nya niscaya sempurna.

Akan tetapi, dari sini lahirlah masalah, yaitu; bila semua ciptaan telah sempurna, lantas untuk apa lagi penyembahan dan perbuatan baik dilakukan? Jika semua manusia telah sempurna, lantas dimana letak perbedaan orang² baik semisal Rasul Saw dengan orang² buruk semisal Abu Lahab?

Lama kurenungkan problem di atas, kuseruput kopi, lalu mulai menyusun kata demi kata, hingga menjadi untaian coretan berikut;

Dalam Filsafat, kesempurnaan ada dua jenis;
Kesempurnaan primer (kamal al-awwal) & kesempurnaan sekunder (kamal ats-tsani)

Berkenaan dengan manusia, kesempurnaan primer manusia adalah wujud manusia beserta potensi yang diberikan Tuhan kepada manusia sebagai bekal baginya dalam meraih kesempurnaan sekunder secara ikhtiari.

Kesempurnaan sekunder manusia yaitu kesempurnaan yang diraih oleh wujud manusia secara ikhtiari dengan menggunakan potensi yang dimikinya (kesempurnaan primer).

Sebagai contoh, kesempurnaan sekunder adalah ilmu, iman & amal yang diraih oleh manusia setelah ia menggunakan akalnya. Jadi, akal adalah kesempurnaan primer manusia, sedang ilmu, iman & amal adalah kesempurnaan sekunder baginya. Kesempurnaan primer mesti digunakan tuk meraih kesempurnaan sekunder.

Dari sisi kesempurnaan primer, semua manusia sama dan setara. Yakni, Tuhan menganugerahi wujud dan akal pada setiap manusia secara setara, sebagai potensi tuk menuju kesempurnaan sekunder.

Tentu, nilai manusia tidak ditentukan oleh kesempurnaan primernya, tetapi ditentukan oleh kesempurnaan sekundernya. Tahu mengapa? Sebab kesempurnaan primer manusia adalah hasil pemberian Tuhan secara determinis. Prinsipnya, sesuatu dikatakan memiliki nilai kesempurnaan manakala sesuatu tersebut diperoleh secara ikhtiari, bukan secara determinis.

Sebagai contoh, jika anda mendapat warisan uang dari ortu anda, uang tersebut tidak memiliki nilai kesempurnaan bagi anda. Kesempurnaan anda adalah ketika anda menghasilkan sesuatu dari uang warisan tersebut. Pun juga dengan kesempurnaan primer manusia berupa wujud dan akalnya, semua itu bukan neraca kesempurnaan manusia. Kesempurnaan primer manusia adalah 'nilai' Dia yang memberikan wujud dan akal (kesempurnaan primer) pada manusia, sebagai bekal menuju kesempurnaan sekunder.

Dalam Filsafat harmonisasi, kita sering katakan;
Jangan kau puji manusia karena akalnya,
Pujilah Dia yang meletakkan akal pada manusia.
Jangan kau puji indah semesta,
Pujilah Dia Sang Pelukis Semesta,
Dia yang melukis tanpa kanvas dan tinta.
Dia yang melukis dengan satu kata, "kun fayakun", terbentanglah indah semesta.

Nilai kesempurnaan manusia ditentukan oleh kesempurnaan sekundernya. Sebab, kesempurnaan sekunder, berupa ilmu, iman dan amal adalah hasil perolehan manusia secara mandiri, usai memanfaatkan kesempurnaan primer yang dimilikinya.

Dikarenakan tidak semua manusia memanfaatkan kesempurnaan primernya, maka berbedalah derajat manusia dari sisi kesempurnaan sekunder.

Ada banyak manusia yang menyia-nyiakan kesempurnaan primernya dengan cara meliburkan akalnya, akhirnya mereka tidak beroleh kesempurnaan sekunder. Semisal Abu lahab dll.

Ada banyak pula manusia yang menggunakan kesempurnaan primernya, mengaktifkan akalnya, namun tidak maksimal, akhirnya kesempurnaan sekunder yang diraihnya berada pada level rendah. Semisal kita² ini.

Ada juga sedikit manusia yang menggunakan kesempurnaan primernya secara maksimal, akhirnya ia beroleh kesempurnaan sekunder yang juga maksimal. Dia adalah manusia sempurna, semisal Rasul Saw.
Wassalam

Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dampak adanya Virus Corona Terhadap Kehidupan Sosial Masyarakat

Dampak adanya Virus Corona Terhadap Kehidupan Sosial Masyaraka t Nama : Nita Purnamasari NIM : 180910302003          Duni...