Ya Allah, Hanya Kepada-Mu lah
Kami Memohon …
Banyak
banget kan hal di dunia ini yang tidak semuanya bisa kita lakukan sendiri. Kita
pasti butuh pertolongan dari orang lain. Apalagi masalah akhirat, wah ga usah
ditanya kita juga ngerti kalo Allah lah yang bisa menolong kita. Makanya Islam
mengajarkan agar kita berdoa. Allah Ta’ala berfirman,
وَإِذَا سَأَلَكَ
عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ
فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan
apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia
berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan
hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu dalam kebenaran.”
(QS. Al-Baqarah : 186)
Lalu
gimana caranya biar kita doa kita terkabul? Berikut beberapa kiat agar
do’a kita terkabul.
1.
Ikhlas
Keikhlasan merupakan poros semua amalan dan ibadah,
termasuk dalam berdoa. Doa orang yang ikhlas, akan lebih didengar dan
diperhatikan oleh Allah. Allah Subhanahu wa ta’alla berfirman,
ادْعُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ
لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ
“ Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya.” (QS. Ghafir : 14).
Dari Abdurrahman bin Yazid bahwa dia berkata, “Ar-Rabii’
datang kepada ‘Alqamah pada hari jumat dan jika saya tidak ada dia akan
memberikan kabar kepada saya, lalu ‘Alqamah bertemu dengan saya dan berkata,
‘Bagaimana pendapatmu tentang apa yang dibawa oleh Rabii’?’ Dia menjawab,
‘Berapa banyak orang yang berdoa tetapi tidak dikabulkan? Karena Allah tidak
menerima kecuali doa yang ikhlas.’ Saya berkata, ‘Bukankah itu telah
dikatakannya?’ Dia berkata, ‘Abdullah mengatakan bahwa Allah tidak mendengar
doa seseorang yang berdoa karena sum’ah, riya’, dan main-main, tetapi Allah
menerima doa orang yang berdoa dengan ikhlas dari lubuk hatinya.” (HR.
Bukhari)
2.
Tidak berdoa untuk sesuatu yang dosa dan
memutus silaturahim
Dari Abu Said, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
ما مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو
بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ
بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ
يَدَّخِرَهَا لَهُ فِى الآخِرَةِ وَإِمَّا أَنُْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ
مِثْلَهَا ». قَالُوا إِذاً نُكْثِرُ. قَالَ « اللَّهُ أَكْثَرُ »
“Tidaklah seorang muslim memanjatkan do’a pada Allah
selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi (antar kerabat, pen)
melainkan Allah akan beri padanya tiga hal: [1] Allah akan segera mengabulkan
do’anya, [2] Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan [3] Allah
akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal.” Para sahabat lantas
mengatakan, “Kalau begitu kami akan memperbanyak berdo’a.” Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Allah nanti yang memperbanyak mengabulkan
do’a-do’a kalian.” (HR. Ahmad, derajat hasan)
Kata Syaikh Al-Mubarakfuri yang dimaksud “tidak berdoa
untuk sesuatu yang berdosa” artinya berdoa untuk kemaksiatan seperti, “Ya
Allah, takdirkan aku untuk bisa membunuh si fulan”, sementara si fulan itu
tidak berhak dibunuh atau “Ya Allah, berilah aku rizki untuk bisa minum khamr”.
Atau berdoa untuk memutus silaturahim. Suatu contoh, “Ya Allah, jauhkanlah aku
dari bapak dan ibuku serta saudara-saudaraku”. Doa tersebut merupakan bentuk
pengkhususan terhadap yang umum. Imam Al-Jazri menjelaskan bahwa memutus
silaturahim bisa berupa tidak saling menyapa, saling menghalangi, dan tidak
berbuat baik dengan semua kerabat dan keluarga.
3.
Hendaknya makanan dan pakaian dari yang halal
dan bagus
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam menyebutkan, “ Seorang lelaki yang lusuh
lagi kumal karena lama bepergian mengangkat tangan ke langit tinggi-tinggi dan
berdoa, ‘Ya Rabbi, ya Rabbi sementara makanannya haram, minumannya haram,
pakaiannya haram, dan dagingnya tumbuh dari yang haram, maka bagaimanakah
doanya bisa terkabulkan ?” (HR. Muslim)
Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa yang dimaksud lama
bepergian dalam rangka beribadah kepada Allah seperti haji, ziarah, silaturahim
dan yang lainnya. Wuzzz….ngeri kan. Yang bepergian untuk kebaikan aja
bisa ditolak, apalagi yang berbuat maksiat. Makanya jaga diri dari makanan,
minuman, pakaian haram serta jauhi perbuatan yang tidak disukai Allah.
4.
Tidak tergesa-gesa dalam menunggu terkabulnya
doa
Dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Akan dikabulkan permintaan seseorang di
antara kamu selagi tidak tergesa-gesa, yaitu ia mengatakan, ‘Saya telah berdoa
tetapi belum dikabulkan’.” (Mutaffaqun ‘alaih)
Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata, “Yang dimaksud dengan sabda
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: ‘Saya berdoa tetapi tidak
dikabulkan’, yaitu seseorang bosan berdoa lalu meninggalkannya, seakan-akan
mengungkit-ungkit dalam doanya atau mungkin dia berdoa dengan baik sesuai
dengan syaratnya, tetapi bersikap bakhil dalam doanya dan menyangka Allah tidak
mampu mengabulkan doanya, padahal Allah adalah Dzat Yang Maha Mengabulkan doa
dan tidak pernah habis pemberian-Nya.”
Syaikh Al-Mubarafakturi menjelaskan bahwa Imam Al-Madzhari
berkata, “Barangsiapa yang bosan dalam berdoa, maka doanya tidak terkabulkan
sebab doa adalah ibadah, baik dikabulkan atau tidak, seharusnya seseorang tidak
boleh bosan beribadah. Tertundanya permohonan boleh jadi belum waktunya doa itu
dikabulkan karena segala sesuatu telah ditetapkan waktu terjadinya. Sehingga,
segala sesuatu yang belum waktunya tidak akan mungkin terjadi.
Atau boleh jadi permohonan tersebut tidak terkabulkan
dengan tujuan Allah mengganti doa tersebut dengan pahala, atau boleh jadi doa
tersebut tertunda pengabulannya agar orang tersebut rajin berdoa. Sebab Allah
sangat senang terhada orang yang rajin berdoa, karena doa memperlihatkan sikap
yang rendah diri, menyerah, dan merasa membutuhkan Allah. Orang yang sering
mengetuk pintu akan segera dibukakan pintu dan begitu pula orang yang sering
berdoa akan dikabulkan doanya.
Allah berfirman,
ادْعُونِي
أَسْتَجِبْ لَكُمْ
“Berdoalah kepada-Ku niscaya akan Ku perkenankan
bagimu.” (QS. Ghafir : 60)
Banyak orang yang berdoa tetapi tidak dikabulkan,
seandainya ayat tersebut sesuai dengan zhahirnya (tekstualnya) pasti tidak
mungkin doa tersebut ditolak. So, lalu apa maksudnya ?
Dari ‘Ubadah bin Shamit, bahwasanya Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا عَلَى الأَرْضِ مُسْلِمٌ
يَدْعُو اللَّهَ بِدَعْوَةٍ إِلاَّ آتَاهُ اللَّهُ إِيَّاهَا أَوْ صَرَفَ عَنْهُ
مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا
“Tidak ada seorang muslim di dunia berdoa memohon
suatu permohonan melainkan Allah pasti akan mengabulkan atau menghilangkan
daripadanya keburukan yang semisal.” (HR. Tirmidzi, hasan shahih)
5.
Hendaknya berdoa dengan hati yang khusyu’ dan
yakin doanya pasti akan dikabulkan
Allah Ta’ala berfirman,
ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا
وَخُفْيَةً
“Berdoalah kepada Rabb-mu dengan tadharru (berendah
diri) dan suara yang lembut” (QS Al-A’raf : 55)
Dari Abdullah bin ‘Amr, bahwasanya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Hati itu laksana wadah dan sebagian wadah
ada yang lebih besar dari yang lainnya. Apabila kalian memohon kepada
Allah maka mohonlah kepada-Nya sedangkan kamu merasa yakin akan
dikabulkan, karena sesungguhnya Allah tidak akan mengabulkan doa dari hati yang
lalai.” (HR Ahmad)
Syaikh Al-Mubarakfuri menjelaskan bahwa yang dimaksud
dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Dan kalian yakin
akan dikabulkan” adalah pengharusan. Artinya, berdoalah sementara kalian
bersikap dengan sifat yang menjadi sebab terkabulnya doa. Imam Al-Madzhari
menjelaskan bahwa hendaknya orang yang berdoa merasa yakin bahwa Allah akan
mengabulkan doanya.
Sedangkan yang dimaksud “hati yang lalai” adalah hati yang
berpaling dari Allah atau berpaling dari yang dimintanya.
Seandainya ada yang mengatakan, sebagian ada doa yang
terkabul dan sebagian yang tidak maka bagaimana kita bisa yakin? Jawabannya,
bahwa orang yang berdoa pasti akan dikabulkan dan permintaannya pasti akan
diberikan kecuali bila dalam catatan azali Allah doa tersebut tidak dikabulkan.
Akan tetapi, mungkin dia akan dihindarkan dari musibah semisalnya, diganti
pahala, atau ditinggakan derajat di akhirat.
6.
Memanfaatkan waktu yang utama untuk berdoa
Allah menciptakan waktu dengan kemuliaan yang
berbeda-beda. Itulah sebabnya Allah bersumpah atas keberadaan jenis waktu yang
berbeda. Ada waktu demi masa, demi waktu dhuha, demi malam, demi siang, dsb.
Adapun waktu-waktu yang mustajab untuk berdoa di antaranya :
a. Sepertiga malam
terakhir
b. Tatkala berbuka puasa
bagi orang yang berpuasa
c. Setiap selesai
shalat fardhu
d. Pada saat perang berkecamuk
e. Sesaat pada hari jumat
f. Pada waktu
bangun tidur pada malam hari bagi orang yang sebelum tidur dalam keadaan suci
dan berdzikir pada Allah
g. Di antara adzan dan
iqomah
h. Pada waktu sujud dalam
shalat
i. Saat sedang
turun hujan
j. Saat ajal
tiba
k. Malam lailatul qadr
l. Pada
hari arafah
The last, janganlah bersedih bila doa kita belum
terkabul. Yang pasti jangan menyerah untuk selalu berdoa. Yakinlah bahwa
skenario Allah tak pernah salah.