Minggu, 26 November 2017

ESAI : "Pemberdayaan Masyarakat Sumbersalak"



Kelompok Pemberdayaan Damar Wulan di Desa Sumbersalak, Ledokombo, Jember




Masyarakat Indonesia masih banyak yang bekerja sebagai buruh migran atau biasa disebut TKI/TKW. Hal ini disebabkan oleh masalah ketenagakerjaan di dalam negeri yang belum terpecahkan, seperti lapangan pekerjaan yang sedikit, kualifikasi persyaratan pekerjaan yang sulit dan rendahnya tingkat pendidikan di desa. Hal tersebut menyebabkan banyaknya masyarakat Indonesia khususnya perempuan yang berusia produktif yaitu antara 18 sampai 30 tahun memilih untuk bekerja sebagai buruh migran di luar negeri yang menjanjikan gaji yang besar. Setelah mereka kembali ke tanah air, mayoritas dari mereka menjadi pengangguran. Hal ini tentu saja menjadi masalah tersendiri bagi pemerintah maupun masyarakat untuk mencari cara bagaimana memberdayakan masyarakat terutama bagi mereka yang telah bekerja sebagai buruh migran, agar tidak menjadi seorang pengangguran dan tercipta masyarakat desa yang mandiri.
Desa Sumbersalak merupakan salah satu desa yang sebagian besar penduduknya bekerja sebagai buruh migran, bahkan oleh Menteri Ketenagakerjaan Indonesia proses untuk menjadi buruh migran penduduk Desa Sumbersalak dipermudah perizinannya melalui Desbumi (Desa Peduli Buruh Migran) yang diresmikan pada tanggal 25 November 2015. Hampir 90% penduduk Desa Sumbersalak menjadi buruh migran. Namun, saat kontrak sebagai buruh migran telah selesai dan kembali ke Indonesia, para buruh migran tersebut mayoritas menganggur atau sebagian ada yang menjadi buruh tani dengan penghasilan yang tidak menentu serta ada pula yang memilih menjadi buruh migran kembali. Tentu saja hal ini sangat disayangkan karena mereka hanya bergantung kepada penghasilan saat menjadi buruh migran. Upaya yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut ialah melalui pemberdayaan masyarakat. Dengan demikian diharapkan masyarakat di Desa Sumbersalak dapat menjadi mandiri dengan hasil kerja sendiri.
Pemberdayaan Masyarakat di Desa Sumbersalak, kecamatan Ledokombo, kabupaten Jember sejatinya sudah mulai berjalan dengan baik sejak tahun 2013-2014 setalah masuknya Tanoker. Awalnya Tanoker melakukan pendampingan terhadap anak-anak yang ditinggal ke luar negeri oleh orang tuanya yang menjadi buruh migran. Namun melihat banyaknya permasalahan yang terjadi, salah satunya adalah pengangguran, Tanoker bersama pemerintah desa membentuk kelompok pemberdayaan masyarakat yang semua anggotanya merupakan eks-buruh migran yang tidak kembali bekerja di luar negeri. Harapan dari pembentukan kelompok pemberdayaan tersebut adalah agar para eks-buruh migran tersebut memiliki pekerjaan yang tetap disamping menjadi buruh tani. Selain itu masyarakat nantinya mempunyai pandangan dan kepentingan bersama serta memberdayakan masyarakat desa Sumbersalak khususnya bagi eks-buruh migran dalam mengembangkan potensi yang dimiliki. Namun dalam perjalanannya, pemberdayaan masyarakat desa Sumbersalak masih menemui banyak kendala dan memerlukan banyak pendampingan dari pemerintah dan antusias dari masyarakat agar terbentuk masyarakat desa yang mandiri.
Kelompok pemberdayaan masyarakat Damar Wulan merupakan salah satu kelompok pemberdayaan masyarakat yang dibentuk dengan kerjasama Tanoker, pemerintah desa dan masyarakat eks-buruh migran. Kelompok ini berdiri sejak tahun 2014 saat diadakannya Jambore Unit di Balai Desa Sumbersalak dan menghasilkan beberapa produk seperti  camilan ladrang, kripik manis, keripik bawang, ulat sutera dan biji kacang panjang. Mereka masih memproduksi menggunakan alat-alat yang tradisional, sehingga memerlukan waktu yang cukup lama dalam melakukan produksi. Satu hari mereka dapat menghasilkan dua macam produk camilan. Namun ketika ada pesanan yang banyak, mereka meminta bantuan kepada tetangga-tetangga di sekitar rumah mereka untuk membantu memproduksi camilan keripik yang dipesan, sehingga dapat memproduksi camilan keripik dalam jumlah yang besar seharinya. Namun proses pengemasannya telah menggunakan alat press yang lebih modern. Tentu saja hal tersebut merupakan hasil dari kerja keras mereka dalam produksi camilan  keripik yang bermula dari modal mereka sendiri.
Produk-produk tersebut sudah banyak dipasarkan namun masih sekitar wilayah kecamatan Ledokombo, seperti di warung-warung dan pasar yang ada di kecamatan Ledokombo. Pemasaran tersebut dibantu oleh suami-suami mereka untuk membawa produk-produknya untuk ditempatkan di warung-warung dan pasar. Selain itu, mereka juga sering mendapat pesanan dalam jumlah yang besar pada saat bulan Ramadhan dan menjelang hari raya Idul Fitri. Bahkan pesanan yang mereka terima berasal dari luar daerah Ledokombo. Pendistribusian pesanan dari luar Ledokombo akan dibantu oleh anggota Tanoker. Sebenarnya kelompok Damar Wulan ingin mengembangkan pemasaran yang lebih luas lagi ke daerah-daerah yang ada di Jember atau bahkan ke luar daerah Jember selain ketika menerima pesanan. Namun mereka masih terkendala dengan perizinan untuk pemasarannya, sehingga mereka  belum bisa memasarkan barang-barang produksinya ke berbagai wilayah di Jember.
Ketika Mendagri berkunjung ke wilayah tersebut, Mendagri telah berjanji untuk membantu mengurus perizinan dan pemberian label halal yang resmi kepada Kelompok Damar Wulan, sehingga mereka dapat memasarkan barang-barang produksi mereka ke berbagai wilayah di Jember atau bahkan ke luar Jember, namun sampai sekarang perizinan tersebut tidak kunjung diberikan. Padahal Mendagri sendiri telah mengakui poduk yang dihasilkan oleh Kelompok Damar Wulan dan ketika kembali ke Jakarta, Mendagri membawa barang-barang produksi Kelomok Damar Wulan dalam jumlah yang banyak. Meskipun perizinan belum keluar, Kelompok Damar Wulan tetap semangat dalam memproduksi berbagai produk camilan dan pemasarannya masih di sekitar wilayah Ledokombo. Alhasil penghasilan dari pemasaran tersebut tidak menentu dan kadang naik turun, namun mereka tetap senang karena mereka beranggapan bahwa lebih baik bekerja di negeri sendiri dengan penghasilan yang tidak menentu tetapi dapat dekat dan berkumpul bersama keluarga, daripada bekerja sebagai buruh migran di luar negeri dengan gaji yang tinggi tetapi jauh dari keluarga.
Tanoker begitu aktif dalam upaya pemberdayaan masyarakat. Bahkan setiap tahun mereka membuat acara dengan mengundang berbagai kelompok pemberdayaan masyarakat, salah satunya adalah Kelompok Damar Wulan. Acara tersebut bertujuan agar mereka saling bersilaturahmi dan saling bertukar pikiran tentang inovasi dari produk-produk masing-masing kelompok. Selain itu, acara tersebut juga digunakan untuk membahas masalah-masalah yang terjadi di setiap kelompok serta mencari solusi untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut, sehingga kelompok pemberdayaan masyarakat dapat berjalan terus menerus dalam memberdayakan potensi yang dimiliki oleh masyarakat, khususnya yang tergabung dalam kelompok-kelompok pemberdayaan tersebut sehingga dapat mewujudkan masyarakat desa yang mandiri.
Berdasarkan permasalahan di atas, dapat kita ketahui bahwa program pemberdayaan masyarakat yang ada di Desa Sumbersalak sudah berjalan dengan baik dengan adanya kesadaran dari beberapa masyarakat khususnya mereka sebagai eks-buruh migran untuk tidak bergantung kepada pemerintah dan bekerja di luar negeri dengan gaji yang tinggi namun jauh dari keluarga. Hal ini disadari oleh Tanoker untuk melakukan pemberdayaan masyarakat agar masyarakat memiliki pekerjaan yang tetap di Indonesia dan agar masyarakat yang eks-buruh migran tidak kembali bekerja sebagai buruh migran di luar negeri, sehingga terbentuklah kelompok-kelompok pemberdayaan masyarakat yang masing-masing kelompok tersebut memiliki produk unggulan masing-masing dan dipasarkan di wilayah Ledokombo dan di luar wilayah Ledokombo.
Kelompok pemberdayaan masyarakat di Desa Sumbersalak sejatinya sudah berjalan dengan baik, karena anggota kelompok tersebut tidak berorientasi kepada hasil keuntungan yang diperolehnya. Namun hal tersebut tidak membuat kelompok-kelompok pemberdayaan tersebut menyerah dan berhenti begitu saja. Mereka menikmati pekerjaan tersebut dan akan terus memproduksi produk-produk unggulan mereka. Meskipun penghasilan tidak tetap, mereka tetap dapat berkumpul bersama keluarga, dan hal tersebut yang membuat mereka memilih untuk tetap bertahan dan menjalankan kelompok pemberdayaan masyarakat daripada kembali bekerja di luar negeri. Namun hal tersebut tidak dirasakan oleh seluruh masyarakat Sumbersalak, masih banyak yang memilih untuk bekerja sebagai buruh migran di luar negeri, karena berorientasi terhadap gaji yang tinggi.
Hal ini sangat menarik bagi masyarakat di Indonesia khususnya masyarakat eks-buruh migran yang sudah tidak bekerja di luar negeri, karena pemberdayaan masyarakat sangat penting untuk mengembangkan potensi masyarakat agar menjadi masyarakat yang mandiri. Tentu saja hal ini perlu dukungan yang penuh oleh pemerintah, masyarakat Indonesia dan mahasiswa yang nantinya juga akan kembali kepada masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dampak adanya Virus Corona Terhadap Kehidupan Sosial Masyarakat

Dampak adanya Virus Corona Terhadap Kehidupan Sosial Masyaraka t Nama : Nita Purnamasari NIM : 180910302003          Duni...